Thursday, October 4, 2007

Aku sebel , marah dan benci

Aku kesal sama dia, aku marah sama dia, aku benci sama dia. Kalau mau marah ya marah aja dong, jangan pakai pemberitahuan segala. Memang aneh mau marah kok pakai halo-halo. Ya begitulah kalau orang sudah kebelet benci apalagi jika ditambah rasa dendam . Herannya terkadang kebenciannya bukan timbul dari perkara besar, hanya karena tidak ingin disaingi, tidak ingin popularitasnya menurun, tidak ingin ada orang lain merubah kebiasaan yang sudah berjalan. Marah boleh, menjadi pemarah yang harus dihindari, karena sifat pemarah cendrung menyimpan dendam dan Tuhan melarang kita bergaul dengan orang yang semacam ini ( Amsal 22 : 24 ). Seperti ini tidak hanya terjadi pada dunia sekuler, tapi juga terjadi di dalam kehidupan gereja. Lihatlah beberapa gereja yang sedang bersengketa, jemaat yang cendrung berkelompok, jemaat yang sering berpindah-pindah gereja. Alasan kelasik bagi jemaat yang sering berpindah-pindah gereja antara lain : ketersinggungan pribadi, mencari gereja yang cocok, mencari pengkhotbah yang baik, mengejar kepenuhan Roh Kudus. Mungkin kita perlu beradaptasi dengan kemajuan jaman, baik dalam gaya beribadah dan pemahaman alkitabiah yang baik sehinggah jemaat merasa terberkati. Sebaliknya yang merasa mendapatkan sesuatu yang baik dari gereja lain dan terbeban menyampaikan perubahan, sebaiknya disampaikan dengan cara yang baik.
Cerita Ito Repelita br. Tambunan dari Timor Leste dapat dijadikan salah satu contoh nyata bagaimana kebencian, kemarahan dan dendam benar-benar terjadi. Inang A ( nama samaran ) tidak dapat memaafkan kedua orang tuanya hanya karena kesalah pahaman . Dia bersumpah ’ mardomo di tano rara pe taho tung soolo be ahu pajumpang ( aku tidak mau bertemu sampai mati )’. Ternyata bukan hanya dibibir saja, ketika kedua orang tua ito Repelita dipanggil Tuhan pun, Inang A bersikeras tidak mau melayat ( padahal dari pihak keluarga sudah datang untuk meminta maaf pada saat kematian kedua orang tuanya ) . Tuhan sangat menyayangi umatnya , betapapun Yunus bin Amitai marah sekali pada Tuhan dan mengatakan ’ selayaknya aku marah sampai mati ’, tapi Tuhan menyapanya dengan lembut ’ layakkah engkau marah ? ( Yunus 4 : 9 ). Kalau Tuhan mau mengampuni kemarahan kita, barangkali sudah selayaknya kita juga mampu memaafkan orang lain.
Orang yang menyimpan kebencian sangat menyedihkan. Terkadang dia tidak menyadari apa yang dilakukannya. Dia akan melakukan sesuatu terhadap apa yang dibencinya dan bukan apa yang disukainya . Kemarahan dan kebencian yang tidak terungkap lebih berbahaya daripada kebencian yang terungkap sebagaimana cerita kebencian Inang A. Bisakah kita bayangkan jika sepanjang hidupnya orang menyimpan kebencian pada seseorang, padahal pertemuan diantara mereka tidak bisa dihindari, karena teman sekantor, sekolah atau gereja ?. Sudah pasti orang seperti ini membawa beban berat dalam hidupnya, karena harus melakukan sesuatu untuk yang dia benci ( Roma 7:15 ).
Kita perlu menahan diri dan berlaku baik kepada orang lain agar jangan menjadi salah satu korban kebencian. Menjadi orang yang dibenci sangat tidak menguntungkan, kecuali dibenci karena mengikut Tuhan ( Matius 10: 34-42 ). Kita harus menjaga hubungan yang baik dengan Tuhan dan sesama melalui perbuatan yang berkenaan dengan Tuhan. Cerita kakak beradik Ohola dan Oholiba yang menjadi perempuan sundal di Mesir dalam kitab perjanjian lama ( Yehezkiel 23 ) menarik disimak untuk menjadi pelajaran bagi kita . Pesan penting dalam cerita itu adalah untuk tidak melakukan kesalahan kembali atas apa yang sudah dilakukan saudara kita. Oholiba mengulangi kembali menjadi perempuan sundal setelah kematian Ohola . Padahal Tuhan sudah memperingati untuk tidak mengulangi kesalahan yang dibuat Ohola. Cerita ini mengisahkan persundalan , tapi dalam konteks lain bisa juga berupa kebencian, penghianatan, kedengkian, perampokan ( cerita Tagor dan Tigor ), dan lain-lain . Kalau ini terjadi, maka saatnya Tuhan akan mengatakan ’ Aku akan menyerahkan engkau ke dalam tangan orang yang kau benci, walaupun engkau sudah menjauhkan diri dari mereka ( Yehezkiel 23:28 ).

Kadar kesebelan mungkin tidak separah kebencian, namun tidak boleh dijadikan alasan pembenaran. Aku sebal banget hari ini, kok soal ujian yang segampang itu tidak bisa kukerjakan ; aku sebal banget sama dia karena harus menunggu sampai jam 5 padahal janjinya jam 2. Sebel sifatnya sekejap dan seketika juga dapat dimaafkan, walau enggan melakukannya tapi tetap dilakukan karena untuk sesuatu kebaikan. Bapak rohani kita Abraham pun pernah sebel kepada anak dan budaknya Hagar ( Kejadian 21:11 ). Tapi Allah berfirman kepada Abraham ’ janganlah sebel hatimu karena hal anak dan budakmu itu ( Kejadian 21:12 ).

Bagaimana menjaga hati dan pikiran kita ??

Raja Salomo tidak meminta harta, kekayaan dan kekuasaan pada Tuhan, tapi dia meminta agar diberikan hati yang paham untuk membedahkan yang baik dan yang jahat ( 1 Raja-raja 3 : 9 ). Kemudian Tuhan memberikan kepada Raja Salomo hati yang penuh hikmat dan pengertian, sehingga sebelum dia tidak ada yang seperti dia dan setelah dia tidak ada yang bangkit setelah dia ( 1 Raja-raja 3:12 ). Akar segala kejahatan dan kebencian bermula dari hati dan pikiran kita. Berapa persen kejahatan dan kebencian kita yang timbul seketika. Mungkin sebagian besar kejahatan yang akan kita lakukan sudah kita ketahui sebelumnya melalui hayalan dan rencana yang ada di pikiran kita. Artinya jika kita memikirkan hal-hal yang baik maka perbuatan kita pun akan mengarah kepada sesuatu yang baik, sebaliknya jika terlintas dipikiran kita melakukan hal-hal yang jahat, maka keinginan kita pun akan mengarah kepada sesuatu yang jahat. Cepatlah alihkan pikiranmu ke frekwensi yang lain jika terlintas untuk melakukan hal-hal yang jahat. Misalkan saat ini kita sedang berada pada channel 8 dengan berbagai keinginan daging, cepat bergerak dan ’ marsuap ( cuci muka ) ’ , berdoa dan minta pertolongan Tuhan dan pindah channel lain ( mungkin channel 7 ) . Sebagaimana yang saya sampaikan pada tulisan sebelumnya, bahwa otak kiri kita ( Left Brain ) akan mengolah jutaan informasi yang kita terima setiap hari. Karenanya mintalah pertolongan Tuhan setiap detik, menit, jam, hari agar kita dimampukan untuk mengendalikan hati dan pikiran kita.

Berhentilah menyimpan kemarahan dan kebencian

Menyangkal diri salah satu cara melepaskan diri dari kemarahan dan kebencian. Memang sulit dilakukan apalagi jika seseorang berada pada posisi yang harus selalu ditinggikan, dilayani, dihargai. Inilah yang sulit dilakukan orang, padahal salah satu syarat mengikut Tuhan adalah menyangkal diri dan pikul salib ( Markus 8:34 ). Apakah yang engkau cari saudara ??. Kalau mencari Tuhan, maka syaratnya harus menyangkal diri dari kesombongan, kedengkian, kebencian, kemarahan, menerima pendapat orang lain dan mau ditegor. Orang yang tidak mau menyangkal diri sulit ditegor, karena masih selalu menempatkan dirinya paling baik, paling senior, paling tahu segala-galanya, paling rohani. Apalah kita dibandingkan Daud yang diangkat sendiri oleh Tuhan sebagai Raja ( Kisah Para Rasul 13:22 ) dan yang mau ditegor . Waktu itu Raja Daud sangat berkuasa, tetapi dia mau ditegor oleh Nabi Natan pada waktu dia membiarkan Uria orang Het mati berperang dan mengambil istrinya Batsyeba menjadi istrinya ( 2 Samuel 12 ). Nabi Natan bukan seorang panglima, bukan seorang gubernur, bukan seorang pejabat, tapi hanya seorang nabi. Raja Daud berkata kepada Nabi Natan ’ Aku sudah berdosa kepada Tuhan ( 2 Samuel 12 :13 ). Baik juga jika kita berkaca kepada kerendahan hati Raja Daud yang mau ditegor, mau memperbaiki kesalahan dan mengakui segala dosa-dosanya dihadapan Tuhan. Betapa indahnya kehidupan gerejani, kehidupan keluarga, kehidupan perkawanan tampa kemarahan, kebencian, tapi penuh dengan pantulan sinar kemuliaan Tuhan.

Tuhan memberkati.

No comments: